Aku tersenyum senang ketika membaca komentar-komentar orang di akun media sosialku. Beberapa hari lalu, aku mengunggah sebuah foto bersama dengan sahabatku. Di situ, aku berpose sedang merangkulnya. Tak perlu waktu lama, foto itu langsung dibanjiri oleh banyak komentar. Mau tahu apa saja isi komentar itu? Hampir semuanya mengomentari wajah dan tubuhku. Ada yang bilang wajahku cantik, tubuhku ideal, pokoknya sempurna. Sisanya, orang-orang mengomentari sahabatku. Yah, ada yang bilang mukanya jelek, alisnya seperti ulat bulu, jerawat di wajahnya menjijikkan, gendut, pokoknya komentar-komentar jahat macam itu. Yah, aku sih tidak terlalu peduli. Yang penting, banyak yang bilang bahwa aku cantik, haha.
Suara bel pintu menyambutku ketika aku membuka pintu kafe “Sunshine”, salah satu kafe yang sedang hits di daerah sini. Di dalam, aku menengok ke segala arah. Namun, yang aku lihat hanyalah kesibukan kafe dan tidak ada wajah sahabatku di antara mereka. Kebingungan, aku pun hendak meneleponnya. Tapi sebelum aku meraih handphoneku, tiba-tiba ada suara familiar yang memanggilku. “Nancy! Nancy!” Aku pun menoleh ke arah suara itu, dan benar saja, itu suara Milka, sahabatku. Namun, ada yang aneh dengannya. Tunggu, ini benar-benar aneh. “Kau... Milka?”
“Ah, Nancy, kau bercanda ya~ kita kan baru saja bertemu beberapa hari lalu. Masa kau sudah lupa dengan sahabatmu ini sih?” Ujar Milka sambil mengibaskan tangannya. Tiba-tiba, ia menutup mulutnya dengan tangan. “Oh iya, haha. Mungkin kau memang tidak mengenaliku.”
Benar, beberapa hari lalu, kami baru saja bertemu, dan wajahnya bukan seperti ini. Kelopak mata yang lebar, hidung yang mancung, bibir yang merah alami, dan kulit yang mulus tanpa sedikitpun jerawat. Tubuhnya pun mendadak menjadi langsing. Satu kata untuk Milka, cantik. Tunggu, apa-apaan ini?
“Mil, wajahmu.. tubuhmu kok kurus—” ucapanku terpotong oleh ucapan Milka sambil tersenyum miring. “Tambah cantik kan? Kalau wajahku tambah cantik dan kurus seperti ini sih, mungkin saja aku bisa mengalahkan kecantikanmu ya, hahaha.”
Aku menggertakkan gigi sambil mengepalkan tangan. Sialan, bagaimana bisa Milka bertambah cantik hanya dalam beberapa hari? Kalau begini, kecantikan dan kepopuleranku jangan-jangan bisa menurun. Namun, aku tetap memasang tampang manis. Siapa tahu, aku bisa mengorek-ngorek informasi darinya kan?
“Ahaha, tentu saja kamu jadi sangat cantik. Ya ampun, aku hampir saja tidak mengenalimu lho,” Ucapku sambil mengambil tempat duduk yang ada di depannya. “Kasih tahu aku dong, bagaimana caranya wajahmu bisa cantik dan kurus mendadak seperti itu?”
Milka mendengus kasar. “Ah, kau tidak tahu? Itu lho, sedang populer akhir-akhir ini, namanya “Pengubah Takdir”. Tapi, hanya orang-orang yang tadinya memiliki wajah buruk rupa dan tubuh gemuk sepertiku saja yang mendapat tawaran ini. Kalau orang seperti Nancy yang selalu mengunggah wajah cantik yang disandingkan dengan wajah buruk rupaku sih, sepertinya tidak bakal ditawari.”
Mendapati aku hanya diam saja, Milka pun melanjutkan ucapannya. “Kau pikir aku tidak tahu? Kau sengaja mengunggah wajah jelekku kan, biar wajah cantikmu bisa dipuji?”
Ucapan Milka menohokku. “Eh, nggak mungkin seperti itu lah, haha.” Padahal, kupikir selama ini Milka tidak tahu. Milka memberikan senyum manisnya yang membuatku iri. “Baiklah, aku ke toilet dulu ya?”
Setelah mempersilahkannya ke toilet, aku termenung di meja. Tiba-tiba, mataku secara tak sengaja menatap tas yang Milka tinggalkan. Jangan-jangan... handphonenya ada di dalam situ? Dengan mengumpulkan keberanian, aku pun mengecek email-nya satu-persatu. Ah! Sepertinya ini... aku menekannya dan muncullah sebuah lokasi. Segera, aku berlari ke luar kafe.
Setelah terengah-engah, aku mendapati sebuah toko mainan. Toko mainan? Tanyaku ragu. Tapi memang di sini kok lokasinya. Aku pun melangkah masuk. Di dalamnya, ternyata ada seorang pria muda. Ia tersenyum ramah. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Hm... Pengubah Takdir..” ucapku ragu-ragu. Dalam sekejap, wajah ramah pria itu berubah menjadi... agak menyeramkan...? Ah sudahlah, sepertinya hanya perasaanku saja. Ia pun memanduku ke dalam sebuah ruangan kecil dan menyodorkan sebuah kertas padaku. “Tolong dibaca penjelasannya terlebih dahulu dan jangan lupa tanda tangan sebagai tanda persetujuan ya.” Ucapnya misterius.
Huh, sudahlah, aku langsung menandatangani kertas itu tanpa membacanya. Paling isinya hanya persyaratan-persyaratan biasa kan? Setelah mengembalikan kertas itu kepadanya, pria itu pun bertanya kepadaku. “Jadi, wajah seperti apa yang anda inginkan? Oh, atau anda ingin bertambah kurus?”
Tanpa berpikir panjang, aku pun tersenyum senang. “Tolong jadikan saya... Ah, tolong ubah wajah saya menjadi lebih cantik dan tubuh saya lebih kurus. Pokoknya wanita cantik. Bisa kan?”
“Baiklah,” setelah berkata bahwa ia akan mulai mengubah takdirku, semuanya pun berubah menjadi gelap.
Saat aku membuka mata, yang pertama kali kulihat adalah wajah pria itu. Ia tersenyum puas dan menyerahkan sebuah cermin kepadaku. “Silahkan lihat wajah dan tubuh baru anda,” ucapnya sambil memegangi cermin itu. Aku menatap takjub kepada wajahku. Tentu saja, awalnya aku sudah merasa wajahku cantik, namun sekarang... cantiknya tak bisa diucapkan dengan kata-kata lagi. Ini... wajahku sekarang? Karena terlaku takjub, aku pun hendak menyentuh wajahku. Tunggu, kenapa rasanya ada yang kurang? Aku menundukkan kepalaku dan menatap tubuhku. Astaga! Tanganku... kemana perginya tanganku?! Pria itu pun membuka mulutnya ketika melihatku syok. “Waduh, anda kaget ya? Jangan-jangan, anda tidak membaca persyaratan tadi dengan benar?”
Ah, benar. Aku tidak membacanya...
“Persyaratan nomor empat...” pria itu mulai berbicara. “Anda akan kehilangan sesuatu yang setimpal dengan tingkat takdir yang ingin anda ubah. Dalam kasus anda, anda meminta wajah tercantik dan tubuh kurus kan? Maka, imbalan yang patut anda dapatkan adalah kehilangan tangan anda.”
Wajahku memucat seputih kertas. Apa-apaan...
“Oh iya, satu lagi,” pria itu menunjuk daerah di sekitar kepala. “Anda juga mendapatkan... tumor otak sebagai imbalan wajah cantik anda. Oleh karena itu, umur anda tak akan lama lagi. Anda akan sakit... Menderita... Dan akhirnya adalah... kematian.”
Aku menggelengkan kepalaku keras-keras. Air mata sudah meluncur deras dari mataku. “Tidak mau tidak mau, TIDAK MAU! BUKAN INI YANG AKU INGINKAN!”
“Lho,” pria itu terlihat bingung. Ia menyeringai menyeramkan. “Yang penting wajah anda cantik dan tubuh anda sempurna, ya kan? Itu yang anda inginkan.”
No comments:
Post a Comment