KOMENTAR




“Hm... Ada korban lagi ya?” Tanya Pak Choi. Ia bertanya kepada bawahannya di kepolisian. Bawahannya itu pun menjawab, “Iya, Pak. Korban bernama Joy Na, ia masih mempunyai seorang ayah dan dua adik bernama Na Jaehyun dan Na Jaemin. Korban ditemukan meninggal dari atas apartemennya dini hari tadi, pukul 03.57.” Bawahan itu berhenti sebentar, kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. “Ini,” ia menyodorkannya kepada atasannya. “Ini adalah salah satu barang bukti, sepertinya ini buku harian korban. Lebih baik kita memeriksanya kan?” 



Pak Choi pun mengangguk. “Baiklah, siapa tahu ada petunjuk di sana untuk mengetahui apakah ini kasus pembunuhan atau bunuh diri.” Ia pun membuka buku harian tersebut, dan tertulis sebuah tanggal di halaman pertama. Tulisan itu pertama ditulis beberapa bulan lalu... 


“Halo semuanya, saya Joy! Terima kasih banyak untuk dukungan penggemarku, untuk ke depannya saya akan berusaha untuk menampilkan yang lebih baik lagi. Saya sayang kalian!” Joy Na melambaikan tangan kepada para penggemarnya dari atas panggung, kemudian berbalik dan menuju ke belakang panggung. Dengan ini, konser pertamanya selesai. Joy bisa dibilang masih baru di dunia hiburan. Ia baru lima bulan menjadi idol, namun sudah banyak membintangi berbagai iklan dan menjadi model. Memang, seterkenal itulah Joy sekarang. 


“Kerja bagus, semuanya! Terima kasih banyak!” Joy membungkukkan badan kepada para staff di belakang panggung. Tak perlu waktu lama, ia sudah sampai di apartemennya. Ia langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Ia membuka handphonenya, dan memandangi wallpaper yang digunakannya. Sebuah foto, dimana dulu semuanya masih baik-baik saja. Ia tersenyum lebar sambil merangkul kedua adiknya di kanan dan kirinya. Ayah dan Ibunya tersenyum di belakangnya. Dengan tatapan sendu, Joy pun mematikan layar. 


Menjadi seorang idol adalah impian Joy sejak kecil. Namun, entah sejak kapan, hal itu menjadi sebuah tiket untuk keluar dari rumahnya. Sejak ibunya meninggal, ayahnya terus mabuk-mabukkan dan membawa wanita lain. Kedua adiknya juga sering menginap di luar rumah karena tak tahan dengan suasana rumah. Joy pun juga begitu. Dengan menjadi idol, ia bisa keluar dari rumah itu dan tinggal di sebuah apartemen yang disediakan agensinya. Entah apa kabar kedua adiknya sekarang. Ia menghela napas. Dengan pikiran yang mulai tenang, malam itu Joy tertidur dengan nyenyak. 


Pagi harinya, suara notifikasi handphone yang tak kunjung berhenti berhasil membangunkannya. Ia mendapati ada 33 panggilan tak terjawab dan 227 pesan tak terbaca. Sebagian besar berasal dari manajernya. 


Manajer Li: Joy, kau tak apa-apa? 


Manajer Li: Ingat ya, apapun yang terjadi, jangan buka artikel apapun sekarang. 


Semakin dilarang, semakin penasaran bukan? Oleh karena itu, Joy nekat membuka internet dan mencari artikel yang berhubungan dengan dirinya. Ketika membaca judul-judul artikel tersebut, ia merasa seolah jantungnya berhenti seketika. 


Gadis ini mengaku pernah di- bully oleh Joy, idol yang sedang naik daun? 


Joy, berwajah malaikat, namun berhati iblis? 


FAKTA ATAU RUMOR? Joy jahat? 


“Apa-apaan ini?” Joy sontan melempar handphonenya. Ini gila! Aku tak pernah melakukan itu! Ucap Joy dalam hati. Seolah belum cukup, ia melihat komentar-komentar yang jauh lebih menyakitkan. 


@blabla: haha, selama ini ternyata begitu sifat aslinya 


@akucantik123: mati aja kayak gini sih 


@hanyaorangbiasa: mampus lo! Kebuka dah tuh aib haha 


@penyihirbaek: untung gak nge fans 


@antigalau: %@!* gila ih 


@whoami: kalo aku sih malu, mending mati aja 


Segera, ia pun menelepon manajernya. “Kak! Aku, aku bener-bener nggak melakukan itu! Kakak percaya kan? Aku aja sering nggak masuk sekolah waktu itu, nggak mungkin aku bisa mem-bully seseorang. Ya kan kak? Kumohon, kakak percaya padaku.” Ucap Joy kalut. Ia menggigiti kukunya, kebiasaan ketika ia sedang tidak tenang. Kepalanya serasa berputar, setelah samar-samar ia mendengar manajernya berbicara bahwa ia akan mencari tahu siapa pelakunya, Joy merasa pandangannya gelap. 


Sudah beberapa hari sejak rumor itu tersebar. Beberapa hari lalu, masa depan Joy terlihat cerah, dan sekarang dalam sekejap, semua orang menghujatnya. Bagaimana karir Joy? Joy merasa seakan karirnya akan berhenti sampai situ saja. Manajernya meminta Joy agar tidak menggunakan handphonenya untuk sementara. Namun percuma saja, karena komentar-komentar jahat di media sosialnya kemarin selalu teringat di otak Joy. Komentar yang mengata-ngatainya, komentar kejam, menuduhnya berhati busuk, dan bahkan... ada yang menyuruhnya untuk mati. 


Tiba-tiba, sesuatu seketika berkelebat di otaknya. Mati. Benar, ayahnya mungkin sudah berbahagia dengan wanita-wanita simpanannya. Kedua adiknya entah pergi ke mana, namun pasti mereka sudah sibuk dengan kehidupannya. Ibunya sudah tidak ada. Satu-satunya semangat hidupnya adalah penggemarnya. Mereka adalah alasan Joy sehingga ia berjuang keras hingga berhasil menjadi idol populer. Dan sekarang ketika mereka tidak mempercayainya lagi... lalu apa alasan Joy untuk hidup? 


Pikiran-pikiran itu menghantui otak Joy. Seperti biasa, ia mencurahkan isi hatinya di buku hariannya. Setelah selesai menulis, ia meletakkan buku itu di atas meja kamarnya dengan rapi. Ia pun beranjak ke lift dan menekan tombol bertuliskan “40”, lantai tertinggi di apartemennya. Setelah sampai di lantai 40, ia hanya perlu menaiki satu tangga agar bisa sampai di atap gedung. 


Di atas sana, angin berhembus kencang menusuk kulit. Rambutnya yang acak-acakkan terayun-ayun oleh angin. Ia berhenti di pinggir atap, melewati tulisan “BATAS AMAN” yang terpasang di sana begitu saja. Mata Joy berkaca-kaca. Ia sudah memantapkan hati. Ia menutup mata, dan merasakan tubuhnya seakan melayang dan selamanya menjadi gelap. 


Hari ini, aku akan melompat. Apa rasanya nanti ya? Yah, aku yakin tak akan ada yang menangisiku ketika aku mati nanti. Toh, para penggemarku juga mengharapkanku untuk mati. Bagaimana dengan keluargaku? Aku tidak tahu, tapi semoga kedua adikku selalu bahagia. Selamat tinggal semuanya :) 


Kedua polisi itu menghela napas. “Kasus bunuh diri lagi ya sepertinya?” Tanya Pak Choi yang terdengar seperti pernyataan. “Ya, kemungkinan besar seperti itu. Sebenarnya menurut saya, orang-orang yang berkomentar jahatlah yang ‘membunuh' Joy. Kasian sekali, padahal umurnya baru 20 tahun.” Balas bawahannya. 


“Huh, dasar orang-orang bodoh. Bisa-bisanya berkomentar jahat dan menyuruh orang lain mati semudah itu.” ujar Pak Choi sambil bangun dari duduknya. “Ayo, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah menyelidikinya lebih lanjut. Dimulai dari orang yang mengaku dibully oleh Joy. Ayo buktikan kebenarannya, apakah benar ataukah bohong.” 

(Ini adalah salah satu spin-off dari ceritaku di Wattpad. Di Wattpad nyeritain tentang Na Jaemin 6 tahun setelah kematian Joy Na, kakaknya. Nanti kalau udah di upload, baca ya hehe. Makasih udah baca cerita ini!)

No comments:

Post a Comment

Konser Kebhinekaan Suluh Nusantara

Pada tanggal 14 Desember 2019 kemarin, 1.865 siswa dan siswi, guru dan karyawan Sekolah Santa Maria Ciebon, serta para seniman Nusantara ...